Sejak diri ini berniat untuk kembali aktif
menulis, maka file-file tulisan yang pernah terangkai namun tak terselesaikan
ataup belum sempat terposting ku kumpulkan dalam satu folder. Cerita-cerita
itu tidak boleh tenggelam or jadi penghuni senyap, walaupun kisahnya sudah
berlalu tahunan namun pelajarannya masih bisa dikenang, so ga ada salahnya
dibaca ulang, direview dan diposting dimari, siapa tahu bisa menjadi inspirasi.
Well, guys. Jum’at, 12 maret 2010, sekitar pukul 16.00 WIB, aku
termagu di teras rumah menunggu teman-teman datang menjemput. Hari itu ada agenda jaulah PPNSI
(Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia) dengan daerah tujuan, Aceh
utara, yaitu salah satu kabupaten di Aceh yang terkenal dengan kota industrinya.
30 menit sudah waktu berlalu,
namun tak ada tanda-tanda jemputan akan datang. Ku sms teman ku
di Kuta Alam (salah satu kecamatan di kota Banda Aceh, 30 menit jaraknya dari
rumahku), “sudah sampai
dimana?”, tanyaku. “Belum di jemput”, jawab temanku.
“Wow, berapa lama lagi ku harus menunggu”, gumam hatiku. Ku hubungi ikhwan yang menjadi ketua jaulah, “masih di Darussalam, ini baru mau ambil kunci mobil”, katanya. “Tolong cepat, nanti kita terlalu kemalaman”, ucapku.
“Wow, berapa lama lagi ku harus menunggu”, gumam hatiku. Ku hubungi ikhwan yang menjadi ketua jaulah, “masih di Darussalam, ini baru mau ambil kunci mobil”, katanya. “Tolong cepat, nanti kita terlalu kemalaman”, ucapku.
Achhhhh…ikhwan, ini penyakit yang paling ku tak suka dari kalian. Ngaretnya minta ampun, tak tanggung-tanggung! Maaf, bukan
maksudku menyamaratakan semua ikhwan/laki-laki demikian yah, namun kebanyakan begitulah. Suka telat!