Saturday 3 September 2016

TAKZIAH BERUJUNG PIKNIK

Pertualangan tak terduga.
Sabtu (kemarin) saya ada Daurah di Hotel Grand Aceh Syariah. Namun siangnya harus minta izin dari sana karena ibu minta diantarkan ke tempat saudaranya paman yang meninggal minggu lalu.

Pergilah kami ke sebuah desa di daerah Ule Lhee. Rumah duka memang sangat dekat dengan pantai. Dibelakang rumahnya langsung terlihat view pantai yang wow. Ini dia...


Tsunami telah membuat rumah paman ku dulu, sekarang hanya tinggal lautan seperti diatas.

Semua orang di Aceh tahu kalau Ule Lhee merupakan salah satu tempat wisata yang cukup digemari, terutama oleh anak muda dan keluarga muda. Karenanya sebelum pergi takziah bibi ku sudah mengatakan sejak dari rumah, nantinya setelah dari tempat takziah kita jalan-jalan ke pantai ya.. "okay" jawab saya. Jalan-jalan memang salah satu hobby saya. Karenanya saya sambut tawaran itu dengan hati berbunga-bunga, hahaha....



Di rumah duka, saat kami semua mau berpamitan pulang, eh malah disuruh makan. Dan tawaran tersebut tidak bisa ditolak. Entah ini sudah menjadi adat istiadatnya entahlah. Jika sudah ditawarin makan ya mesti makan. Padahal perut ku masih kenyang banget. Wong saya keluar dari hotel setelah makan siang, kemudian langsung meluncur ke rumah untuk menjemput ibu.

Selesai makan bibi bertanya padaku. "Kita mau jalan kemana aja na?" "Terserah saja, Paman orang Ule Lhee jadi lebih paham medan" jawab saya. Lantas adik sepupu ku, Fajri bertanya: "Memangnya kita mau kemana lagi?"
"Jalan-jalan ke pantai lah. Udah di kawasan pantai ya sekaliankan saja yi." jawab ku.

Alamak jawab adik sepupu ku (sambil geleng-geleng kepala dan tersenyum tipis). "Lah kenapa? Bukannya suka jalan-jalan?" Tanya ku. "Iya, cuma jalan-jalannya dengan ibu-ibu itu kurang asyik" jawabnya."
"Ya elah...sebelum ada istri bawa ibu jalan-jalan dulu kenapa? Entar jika udah punya istri belum tentu punya waktu ngajak ibu mu jalan-jalan" kata ku. Adik sepupuku hanya senyum-senyum saja.

Pertualangan pun dimulai. Kami memakai sepeda motor. Saya dengan ibu. Adik sepupu ku dengan ibunya. Paman dengan bibi ku. Dan terakhir menantu bibi. Jadi semuanya ada empat sepeda motor. Karena sudah memasuki waktu ashar. Kami singgah ke Masjid Ule Lhee dulu untuk shalat Ashar sebelum memulai pertualangan.

Btw guys, Masjid Ule Lhee ini salah satu saksi sejarah dasyatnya terjangan tsunami 11 tahun yang lalu. Coba bayangkan daerah sekitarnya semua runtuh, namun Mesjid ini tetap berdiri kokoh. Ahaa...ada Stokist HNI Hpai juga nih disini 😀 (Iklan dikit...hehehe...)


Well, kami menyelusuri bibir pantai hingga sampai ke pelabuhan Ule Lhee. Sesampainya disana kami memilih jalan paling belakang dekat dengan tempat dimana orang-orang biasa memancing ikan. Di jalanan kami sempatm sekantong gorengan buat di makan dipinggir pantai. Ini dia...mau? 😁


Dan ini dia kapal-kapal yang biasa ditumpangi oleh mereka yang mau ke Sabang (nol km) dan ke pulau Aceh.


Ahaa...Fajri (adik sepupu ku) mulai menikmati piknik dadakan ini. Ia asyik mengambil foto saja dari tadi bahkan pergi membeli minuman agar gorengan punya pasangan buat disantap. Sambil makan gorengan dan menikmati pantai saya melihat sebuah bukit dekat lautan, rupanya ketika diperhatikan dengan seksama itu bukan bukit, melainkan jembatan diatas laut. Berjejeran saya melihat mobil dan sepeda motor disana.

Saya tanya...itu apaan...jalan itu menuju kemana? "Itu jalan tembus ke Lampulo jawab adik sepupu ku yang baru kembali dari membeli air." Entar kita pulang lewat situ aja gimana?" Tanyanya bersemangat. Kesepakatan hanya terjadi diantara para supir...hihihi...penumpang pilihannya hanya ikut. Sepertinya Fajri sudah lupa jika piknik ini  didominasi perempuan, laki-lakinya hanya dia dan paman saja.

Perjalanan dimulai, sebenarnya sebelum naik jembatan saya ingin sekali berhenti lalu mengambil foto, namun jalan cukup padat, sulit untuk berhenti. Baru di ujung jembatan saya bisa menepi sejenak dan mengambil gambar ini.


Wow...baru tahu saya jika kawasan ini juga dijadikan tempat wisata para anak muda dan keluarga. Memandangi orang-orang yang sedang memancing ikan dan lautan lepas dengan deru ombak menghantam batu karam membuat diri terasa plong dan fresh.

Kami terus berjalan melintasi jalan yang membelah lautan dan tambak hingga sampai pada sebuah pemandangan yang menyentak hatiku.. Wah ada kampung pemulung rupanya disini. Saya melihat rumah dari kardus setelah kami menjauh dari pantai menuju kota. Tercium bau busuk yang sangat menyengat. Mata saya mencari-cari sambil melajukan sepeda motor dengan kencang agar bau busuk tersebut tidak terhirup. Rupanya bukit disebelah kanan kami merupakan bukit sampah. Bau menyengat itu datangnya dari sana.

Saya balap motor ku karena ga tahan baunya sambil berfikir. Selama ini saya bertanya-tanya dalam hati kemana sampah-sampah di kota ku diangkut. Hari ini saya menemukan jawabannya. Rupanya kesitulah semua sampah di kota Banda Aceh dibawa. Pantes saja ada rumah-rumah pemulung tidak jauh dari sana.

Ini takziah berujung piknik dan pertualangan seru. Saya jadi tahu ada jalan tembus dari pantai Ule Lhee ke Lampulo dan dimana tempat penampungan sampah di kota ku.

Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, bukan? Saya percaya itu. Saya tidak tahu kenapa Allah melangkahkan kaki saya kesana. Namun dari perjalanan ini saya belajar bahwa Allah punya cara tersendiri dalam menjawab tiap tanya hambaNya dan pada waktunya.

Hari ini acara Daurah yang kedua.
Saya harus kembali ke hotel setelah kemarin ketinggalan materi dari siang.

Great morning guys...
Have a nice Weekend!

No comments:

Post a Comment